________________________________________ widgeo.net

Change Yr' BackGround Blog

Selasa, 29 November 2011

BLOK 9 CRT DAN YOKE DEFLEKSI

BLOK 9 CRT DAN YOKE DEFLEKSI

YOKE DEFLEKSI DAN CINCIN PENGATUR KONVERGENSI
Elektron ditembakkan secaran lurus, supaya terbentuk gambar pada layar, elektron tersebut harus dibelokkan secara horisontal dan vertikal. Derajat pembelokannya tergantung dari tipe tabung dan yoke yang digunakan.
Derajat pembelokan yang dibutuhkan mempengaruhi bentuk lilitan dari yoke. Meski sama-sama flat, bentuk lilitan dari bagian yoke horisontalnya mungkin berbeda karena berbeda CRT yang digunakan. Selain bentuk lilitan yang harus disesuaikan, besar induktansi juga harus cocok dengan sistem vertikal-horisontalnya. Pemilihan tipe alternatif harus memperhatikan aspek-aspek tersebut.


Cincin pengatur konvergensi/puritas dipakai untuk menepatkan posisi mendaratnya elektron pada layar karena pembelokan yang dilakukan oleh yoke tidak dapat 100% tepat sasaran. Umumnya terdiri dari 3 bagian masing-masing bagian terdiri dari 2 kutub magnet. Cincin konvergensi terdiri dari 1 set magnet pengatur landing/puritas, 1 set magnet 4 pole/kutub dan 1 set magnet 6 pole/kutub.
Setelan cincin konvergensi yang salah/berubah menyebabkan gambar menjadi berbayang warna biru, merah atau hijau (atau katakan saja RGB tidak menyatu). Setelah penggantian yoke, biasanya setelan cincin ini harus diset ulang.

METODE PEMBENTUKAN/PELUKISAN GAMBAR PADA LAYAR
Metode-metode pembentukan/pelukisan/scanning gambar pada CRT yang sering ditemui adalah interlaced dan progressive. Kedua metode tersebut Penulis ulas secara sederhana sebagai berikut :
Didalam sinyal video composite terdapat sinyal sinkronisasi. Sinyal ini digunakan untuk memandu blok horisontal dan vertikal. Tanpa yoke, hanya akan terbentuk/muncul titik ditengah-tengah layar. Titik ditengah layar anggap saja sebuah pena, dan pena ini digerakkan oleh yoke untuk melukis gambar.
Proses pelukisan gambar dilakukan per-baris (misalnya diawali dari baris teratas), diawali dari baris pertama dari kiri ke kanan, bila rangkaian blok horisontal mendeteksi adanya sinyal sinkronisasi Horisontal Blanking, maka ‘pena’ akan bergerak kembali ke sebelah kiri, dan blok/yoke vertikal akan menggerakkan kebawah satu baris, kemudian horisontal akan melukis lagi dari kiri ke kanan. Proses tersebut berulang-ulang hingga terbentuk satu layar penuh (sebut saja frame yang pertama, 1 frame). Bila blok vertikal mendapatkan sinyal sinkronisasi Vertical Blanking, maka yoke vertikal segera ‘mengembalikan’ ujung pena ke awal pelukisan lagi (ujung baris teratas), kemudian blok horisontal melanjutkan dengan melukis frame yang selanjutnya, begitu seterusnya. Proses scanning/pelukisan frame tersebut harus cukup cepat supaya tidak terlihat seperti gambar diam. Bila TV digunakan untuk menampilkan sinyal video dengan kecepatan frame 25fps, maka dalam satu detik TV akan mencetak gambar sebanyak 25 frame (fps=frame per-second). Atau bila dalam film kartun bergerak dengan kecepatan 25fps, dibutuhkan gambar sebanyak 25 gambar yang berbeda untuk tayangan selama 1 detik.

KERUSAKAN-KERUSAKAN YANG SERING TERJADI
  1. Tidak ada gambar, layar gelap, tegangan HV ada dan suara ada.
    Cek status setelan kontras dan brightness mungkin dalam posisi 0. Cek apakah filamen heater menyala, bila menyala, cek tegangan pada G2. bila tidak menyala, cek resistor heater dan sumber tegangan heater. Bila tegangan G2 tidak ada, cek apakah pin G2 CRT konslet terhadap pin G1. Cek apakah tegangan pada katoda RGB harus dapat mengikuti setelan brightness, bila brightness dinaikkan, tegangan pada katoda RGB akan turun.
  2. Terlihat garis seperti buku (garis retrace terlihat), dengan atau tanpa gambar (blank putih).
    Coba set ulang brightness dan contrass. Cek tegangan G2 yang mungkin terlalu tinggi. Cek apakah tegangan katoda RGB terlalu rendah, bila terlalu rendah, cek tegangan apakah penguat RGB bermasalah. Cek juga bagian sinkronisasi vertikal (v pulse) atau pada beberapa model bisa juga disebabkan vertikal yang tidak bekerja. Bila blanking terdiri satu warna saja, cek apakah salah satu katoda konslet terhadap G1.
  3. Gambar terlalu redup
    Cek tegangan G2, cek tegangan HV, cek apakah blok penguat RGB mampu menurunkan tegangan secara signifikan bila diset pada brightness tertinggi, cek juga jalur ABL. Cek juga soket CRT.
  4. Gambar menjalar/mblobor bila kontras/brightness dinaikkan
    Hal ini disebabkan karena CRT sudah lemah, coba naikkan tegangan heater 1 atau 2 volt, tetapi cara ini semoga tahan lama.
  5. Gambar ada tetapi tertutupi oleh gambar mirip serat-serat kayu secara random
    Cek elko pada jalur tegangan supply katoda RGB.
  6. Gambar tampil lama, tidak focus
    Cek soket CRT, cek tegangan focus dari FBT.
  7. Katoda konslet dengan G1 atau heater
    Bila salah satu katoda konslet/bocor terhadap G1 atau heater menimbulkan kerusakan polos hijau, biru atau merah disertai dengan munculnya garis-garis retrace (seperti screen yang terlalu tinggi). Besar bocoran/hambatan ini dapat diukur dengan ohmmeter. Bila konslet terhadap heater, dapat diakali dengan membuat tegangan supply untuk heater secara tersendiri dengan gnd yang terpisah dari gnd lainnya. Bila konslet terhadap G1, sebaiknya dilakukan penggantian CRT karena biasanya kerusakan konslet dengan G1 terjadi pada CRT yang berumur cukup tua.


TIPS-TIPS
  1. Sebelum membuka kop/kabel anoda dari tabung, CRT harus selalu didischarge (dikosongkan) dulu muatannya dengan mengkonsletkan pin HV CRT terhadap GND CRT (lapisan karbon luar CRT).
  2. Penggantian CRT sebaiknya menggunakan tipe yang sama atau setara.
  3. Ketika memindahkan CRT, jangan menggunakan leher CRT sebagai pegangan.